Sains dan Teknologi Masyarakat







Sains Teknologi Masyarakat
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) yang diterjemahkan dari akronim bahasa Inggris STS (“Science-Technology-Society”) adalah sebuah gerakan pembaharuan dalam pendidikan IPA. Model STM dalam pendidikan IPA diyakini oleh pakar-pakar di Amerika sebagai model yang tepat, sebab model ini berusaha untuk menjembatani materi di dalam kelas dengan situasi dunia nyata di luar kelas yang menyangkut perkembangan teknologi dan situasi sosial kemasyarakatan. Model ini menuntut agar peserta didik diikutsertakan dalam penentuan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, cara mendapatkan informasi, dan evaluasi pembelajaran.
Pembelajaran dengan model STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. STM dengan demikian adalah sebuah model yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan mengubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Model Sains, Teknologi dan masyarakat (STM) adalah pengindonesiaan dari Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia. National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan model ini sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka model STM dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena, model ini mencakup interdisipliner konten dan benar-benar melibatkan anak sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak.
Model Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Keputusan yang dibuat oleh masyarakat biasanya memerlukan penggunaan teknologi untuk melaksanakannya. Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan teknologi sebagai sarana untuk menyimpan informasi. Peranan penting yang dimiliki oleh teknologi dapat berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam model STM.
Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi. Model STM dapat menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses model ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah, mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi berdasarkan keputusan tertentu.
Pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui pembelajaran. Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang fenomena alam yang meliputi produk dan proses. Pendidikan sains merupakan salah satu aspek pendidikan yang menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum dan tujuan pendidikan sains secara khusus, yaitu untuk meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah
Tujuan model STM adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. model STM dilandasi oleh tiga hal penting yaitu:
1.      Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.
2.      Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.
3.      Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.
Program pembelajaran dengan model STM pada umumnya mempunyai karakteristik, sebagai berikut:
1.      Identifikasi masalah-masalah setempat.
2.      Penggunaan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.
3.      Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah.
4.      Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5.      Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6.      Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam kelas.
7.      Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.
8.      Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9.      Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
10.  Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Saat ini diperkenalkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang mengaitkan antara sains dan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat. Adapun tujuan model pembelajaran ini ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya.
Seseorang yang rnemiliki literasi sains dan teknologi, adalah yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai jenjangnya, mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai.
Apabila kita telaah kata-kata kunci dan literasi sains dan teknologi yakni: konsep-konsep yang dimiliki, menyelesaikan masalah, produk teknologi dan dampaknya, memelihara produk, kreatif, mengambil keputusan berdasarkan nilai, maka dapat dirangkum sebagai berikut
Memiliki literasi sains dan teknologi itu tidak hanya mampu membaca dan menulis sains dan teknologi, tetapi menyadari dampaknya dan peduli terhadap lingkungan sosial maupun alam. Dalam literasi sains dan teknologi, terkandung kata-kata rnemahami konsep, menyadari, peduli, dan melakukan tindakan berdasarkan nilai.
Dengan demikian, pembelajaran menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat yang sekarang sudah merupakan model, mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang secara utuh dibentuk dalam diri individu sebagai peserta didik, dengan harapan agar diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Dari Pendekatan Menjadi Model
Setelah melalui penelitian-penelitian yang cukup lama menggunakan hasil penelitian, sknipsi, tesis dan disertasi diperoleh kesimpulan bahwa Sains Teknologi Masyarakat sebagai pendekatan dapat menjangkau siswa yang tergolong pada kelompok berkemampuan rendah dalam kelas karena dirasakan oleh siswa lebih menarik, nyata dan aplikatif.
Di samping itu beberapa instrumen telah dikembangkan, misalnya untuk mengungkap keterampilan proses, kreativitas, dan sikap yang dapat merupakan indikator kecenderungan bertindak seseorang dalam berpartisipasi aktif di lingkungan sosialnya.
Dan analisis terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan, tampak adanya pola tertentu dan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Misalnya, suatu hal yang tidak boleh diabaikan adalah adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru, untuk mencegah terjadinya miskonsepsi. Dengan demikian, dari penjelasan di atas, maka selanjutnya pendekatan sains teknologi masyarakat telah dapat disebut sebagai model sains teknologi masyarakat. (Gambar 1)


                        Gambar 1. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Kekhasan dan model ini adalah bahwa pada pendahuluan dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dan siswa, tetapi apabila guru tidak berhasil memperoleh tanggapan dan siswa dapat saja dikemukakan oleh guru sendiri. Tahap ini dapat disebut dengan inisiasi atau mengawali, memulai, dan dapat pula disebut dengan invitasi yaitu undangan agar siswa memusatkan perhatian pada pembelajaran. Apersepsi dalarn kehidupan juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas sehingga tampak adanya kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya yang ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam keadaan sehari-hari. Pada dasarnya apersepsi merupakan proses asosiasi ide baru dengan yang sudah dimiliki sebelumnya oleh seseorang. Pada pendahuluan ini guru juga dapat melakukan eksplorasi terhadap siswa melalui pemberian tugas untuk melakukan kegiatan di lapangan atau di luar kelas secara berkelompok. Kegiatan mengunjungi dan mengobservasi keadaan di luar kelas itu bertujuan untuk mengaitkan antara konsep-konsep atau teori yang dibahas di kelas dengan keadaan nyata yang ada di lapangan. Dengan mendiskusikan temuan mereka, merencanakan tindakan selanjutnya, terjadilah kolaborasi dan koordinasi dalam kelompok, dan tercipta suatu dinamika kelompok yang bermanfaat bagi masing-masing anggota kelompok. Ide-ide seseorang yang diterima kelompok dan direncanakan untuk dilakukan merupakan kebanggaan tersendiri sehingga orang tersebut merasa dihargai yang pada gilirannya akan mau berpikir terus untuk kebaikan dan penghargaan kelompok lain terhadap kelompoknya.
Apakah manfaat dikemukakannya isu atau masalah pada awal pembelajaran? Isu yang dapat bermasalah atau tidak bermasalah merupakan pernyataan yang mengundang pro dan kontra. Hal ini mengharuskan siswa berpikir untuk menganalisis isu tersebut. Dengan demikian ada interaksi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa lain. Proses interaksi ini menuntut seseorang untuk berpikir tentang ide-ide dan analisis yang akan dikemukakan atau cara mempertahankan pandangan tentang isu-isu tersebut. Apabila masalah yang dikemukakan atau ditemukan itu berasal dan guru, siswa juga tetap harus berpikir tentang penyelesaian masalah yang direncanakan meskipun konsep-konsep sebagai produk pengetahuan untuk rnenyelesaikan masalah belum diketahui karena belum dilaksanakan pembentukan konsep. (lihat bagan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat).
Sebagai contoh dalam pembelajaran tentang udara di sekitar kita, guru dapat meminta siswa untuk mengemukakan isu atau masalah yang ada hubungannya dengan udara yang pernah mereka alami atau mereka ketahui, misalnya tentang pencemaran udara atau tentang kebakaran beberapa rumah di dekat tempat tinggal mereka. Apabila masalah kebakaran yang diangkat sebagai bahan diskusi, maka pada tahap awal ini (tahap-1) siswa diberi kesempatan untuk mengernukakan pendapat rnereka tentang sebab-sebab terjadinya kebakaran dan proses apa yang terjadi hingga dapat timbul kebakaran. Kesempatan berdiskusi ini dapat meningkatkan keberanian siswa berbicara untuk mengemukakan atau mernpertahankan pendapat. Bagi guru, kesernpatan ini dapat dipergunakan untuk melakukan eksplorasi terhadap kemampuan siswa, sehingga guru dapat mengetahui seberapa jauh pernaharnan siswa atas peristiwa kebakaran atau proses terjadinya kebakaran. Dan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh guru, ia dapat melakukan proses pembentukan konsep rnelalui metode yang dipilihnya.
Proses pembentukan konsep (tahap-2) dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode. Misalnya pendekatan keterarnpilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di laboratorium, diskusi kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada contoh di atas, guru dapat menjelaskan proses terjadinya kebakaran secara umum dengan memberikan pengertian atau konsep bahwa proses kebakaran itu melibatkan udara, dalarn hal ini gas oksigen yang terdapat dalam udara. Di sini guru dapat menggunakan metode demonstrasi, bermain peran dan lain-lain. dalam hal ini guru dapat menggunakan metode demonstrasi, rnisalnya dengan menunjukkan bahwa lilin yang menyala karena dibakar itu akan padam apabila ditutup dengan gelas atau penyungkup. Karena oksigen yang terdapat dalam udara di dalam penyungkup habis maka nyala lilin menjadi padam. Dengan demikian, konsep tentang kebakaran, yaitu suatu kebakaran dapat terjadi bila ada bahan yang dapat terbakar, ada oksigen atau udara, dan ada api atau suhu yang tinggi.
Pendekatan keterampilan hidup dapat dikaitkan dengan model sains teknologi masyarakat melalui penugasan pada siswa misalnya untuk membuat alat penjernihan air secara sederhana atau melakukan proses pemupukan. merancang proses penjernihan air dan penyepuhan ini juga dapat dinamakan metode proyek. Manfaat melaksanakan metode proyek adalah agar siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan dirinya bagi kelangsungan hidupnya. Hal ini diperlukan agar lulusan sekolah dasar dan sekolah rnenengah merniliki kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri. Apabila usahanya berkembang bahkan dapat memberi lapangan kerja bagi orang lain.
Pada akhir pembentukan konsep diharapkan siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap isu-isu atau penyelesaian terhadap masalah yang dikemukakan di awal pembelajaran telah menggunakan konsep-konsep yang diikuti oleh para ilmuwan. Dengan demikian siswa yang memiliki prakonsepsi yang berbeda dengan konsep-konsep para ilmuwan, seringkali merasa bahwa konsep yang dimiliki sebelumnya ternyata tidak dapat atau kurang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Siswa dapat mengalami konflik kognitif lebih dahulu apabila konsep yang digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menganalisis isu dirasakan tidak benar. Sernua kemampuan mental kita yaitu mengingat, memahami dan lain-lain terorganisasi dalam suatu sistem yang kompleks yang secara keseluruhan disebut dengan kognisi. Di dalam diri seseorang dapat terjadi bahwa konsep yang telah dimiliki sebelumnya, ternyata tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah atau tugas yang dihadapinya, padahal sesuai daya nalarnya seharusnya dapat diselesaikan. Terjadilah suatu konflik dalam kognisinya yang disebut sebagai konflik kognitif.
Dalam hubungan sosial, seseorang dapat pula mengalami konifik kognitif apabila pandangan atau penyelesaian masalah yang telah direncanakan tidak sesuai dengan pandangan orang lain atau kebanyakan orang. Namun setelah berdiskusi, mendengar penjelasan orang lain dengan alasan-alasan yang dapat diterima, ia kemudian menyadari dan mengambil keputusan bahwa pandangannya perlu diubah dalam menghadapi persoalan tertentu. Melalui diskusi kelompok atau bermain peran, keputusan seseorang setelah mengalami konflik kognitif dapat mereformasi atau merekonstruksi pengetahuan dan pandangan sebelumnya. Inilah kegunaan dan metode yang menggunakan interaksi antarindividu atau interaksi sosial.
Pada saat kegiatan pembentukan konsep dan pengembangan konsep dengan berbagai aktivitas tadi, ada kemungkinan berangsur-angsur siswa menyadari bahwa konsep yang dimiliki sebelumnya kurang tepat. Perubahan konsepsi ini dapat juga terjadi setelah seseorang berdialog dengan diri sendiri seusai  pembelajaran di sekolah, misalnya pada waktu belajar sendiri di rumah. Pada akhir tahap ke-2 diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau merupakan konsep-konsep para ilmuwan.
Selanjutnya, berbekal pemahaman konsep yang benar siswa rnelakukan analisis isu atau penyelesaian masalah yang aplikasi konsep dalam kehidupan (tahap-3). Adapun konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sebagai contoh setelah siswa memahami konsep proses kebakaran, mereka mampu melakukan tindakan apabila tadi kebakaran. Kebakaran kompor untuk memasak di dapur misalnya, dapat segera dipadamkan dengan menutupnya menggunakan karung atau selimut yang dibasahi dengan air. Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah kontak atau hubungan antara udara dengan api. Kebakaran dapat terjadi karena hubungan arus pendek pada listrik di rumah kita. Listrik adalah sebuah produk teknologi yang memberikan manfaat bagi manusia, namun dapat bahaya apabila pengoperasiannya tidak dikendalikan dengan benar. Hubungan arus pendek dapat menimbulkan percikan bunga api listrik sehingga dapat menimbulkan kebakaran, Untuk menghindari atau mencegahnya, kabel listrik harus sering diperiksa keadaannya. Dengan memahami konsep terjadinya kebakaran siswa akan lebih peduli terhadap produk teknologi yang berpotensi menimbulkan kebakaran. Di sinilah diperlukan pemeliharaan produk teknologi.
Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah dan  atau analisis isu, (tahap-2 dan tahap-3) guru perlu meluruskan kalau-kalau ada miskonspsi selama kegiatan belajar berlangsung. Kegiatan ini disebut dengan pemantapan konsep. Apabila selama  proses pembentukan konsep tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi Pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap perlu melakukan pemantapan konsep sebagaimana tampak pada alur pembelajaran (tahap-4) melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang diketahui dalam bahan kajian tertentu. Mengapa demikian? sangat mungkin tejadi bahwa siswa masih mengalami miskonsepsi tetapi tidak terdeteksi oleh guru. Hal ini lebih berbahaya prakonsepsi yang diperoleh di luar kelas sebelum pembelajaran formal di sekolah. Miskonsepsi yang terjadi setelah dilakukan pembelajaran topik tertentu biasanya lebih terpateri pada kognisi seseorang karena dianggap disetujui oleh guru, dan akan  digunakan untuk menyelesaikan masalah lain yang dihadapi di kemudian hari. Atas dasar inilah disarankan agar guru tetap mewaspadai pandangan-pandangan siswa pada saat dilakukan diskusi kelas. Jadi, meskipun tidak tampak nyata ada siswa yang mengalami miskonsepsi, pemantapan konsep perlu dilaksanakan pada akhir pembelajaran, karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih Iama dibanding dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran.
Apabila ditinjau dari tuntutan kurikulum 2004, penerapan model Sains Teknologi Masyarakat dalam pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan kognitif, keterampilan afektif dan keterampilan psikomotor. Adapun keenam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat dirinci sebagai berikut:
1.      Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang ilmu.
2.      Proses diartikan dengan bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara memperoleh konsep dalam bidang ilmu tertentu. Kalangan filsaf ilmu menyebutnya dengan istilah epistemologi ilmu.
3.      Kreativitas mencakup lima perilaku individu, yakni:
a.       Kelancaran. Perilaku ini merupakan kemampuan seseorang dalam menunjukkan banyak ide untuk menyelesaikan masalah-masalah.
b.      Fleksibilitas. Seorang kreatif yang fleksibel mampu menghasilkan berbagai macam ide di luar ide yang biasa dilakukan orang.
c.       Originalitas. Seseorang yang memiliki originalitas dalam mencobakan suatu ide memiliki kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan individu lain.
d.      Elaborasi. Seseorang yang memiliki kemampuan elaborasi marnpu menerapkan ide-ide secara rinci.
e.       Sensitivitas. Kemampuan kreatif terakhir ini adalah peka terhadap masalah atau situasi yang ada di lingkungannya.
4.      Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari merupakan aplikasi yang lebih luas dan C-3nya Benjamin Bloom. Aplikasi ini merupakan “far transfer of learning”. Kemampuan seseorang untuk melakukan transfer belajar adalah apabila ia dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi lain, dan konsep yang telah dipelajari itu merupakan syarat. Kemampuan “far transfer of learning” atau kemampuan mentransfer belajar di luar sekolah merupakan kemampuan seseorang mentransfer hasil belajar yang diperoleh di lingkungan sekolah ke dalam situasi di masyarakat yang bersifat sangat kompleks.
5.      Sikap yang dalam hal ini mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuwan dan penemu produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi, peduli terhadap masyarakat yang kurang beruntung misalnya memiliki cacat fisik/mental, dan memelihara kelestarian lingkungan. Menyadari adanya kekuasaan Tuhan justru membuat ilmuwan menyadari keterbatasannya. dengan demikian apabila seseorang belum berhasil dalam usahanya, maka ia tidak akan putus asa. Dengan  penuh kesabaran dan ketekunan ia akan melanjutkan usahanya hingga apa yang ia harapkan dapat terlaksana.
6.      Cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peran sertanya.
Alasan mengapa enam ranah yaitu konsep, proses, aplikasi dalam kehidupan, kreativitas, sikap, dan tindakan nyata perlu dikembangkan pada tiap individu dalam pendidikan di Indonesia adalah sebagal berikut:
1.      Dengan meningkatkan keterampilan kognitif termasuk berpikir tingkat tinggi, masyarakat Indonesia dapat bersaing di tingkat internasional secara positif karena memiliki etos kerja yang tinggi dan dibiasakan untuk berpikir kritis. Dengan demikian, apabila ia terjun menekuni bidang usaha, tidak selalu ingin dilindungi karena dengan adanya perdagangan bebas di masa mendatang diperlukan keberanian dan kemampuan berasing tanpa proteksi yang berlebihan.
2.      Dengan melatih keterampilan proses siswa diharapkan terbiasa selalu merancang proses-proses yang perlu dilakukan untuk mencapai produk-produk ilmiah. Dalam kehidupan sehar-hari berarti ia akan selalu merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah dengan berdaya guna dan berhasil guna.
3.      Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa bahwa belajar di sekolah bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungannya. Hal ini dapat berdampak kepada siswa untuk melakukan belajar sepanjang hayat. Seseorang yang merasa dapat berperan serta dalam menyelesaikan masalah lingkungan, apalagi kalau ia merasa diakui oleh masyarakat akan membuat ia ingin belajar lebih lanjut bahkan sepanjang hayat agar hasil belajar akan bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain yaitu masyarakat.
4.      Kreativitas perlu menyertai keterampilan kognitif,  afektif dan psikomotor seseorang, karena dengan selalu cepat tanggap nada situasi sekelilingnya, ia akan selalu berpikir bagaimana memperoleh ide-ide original yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan masyarakat.
5.      Sikap yang antara lain mencakup menyadari kebesaran Tuhan sebagai Pencipta alam dan semua makhluknya menyebabkan ia lebih mensyukuri keadaannya dan berniat untuk berbuat sebaik mungkin selama ia masih hidup. Tidak bersifat egois dan mau membantu orang yang betul-betul memerlukannya.
6.      Siswa yang telah melaksanakan pembelajaran menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat diharapkan lebih menyadari manfaat yang telah dipelajarinya bagi lingkungannya. Oleh karenanya, apabila terjadi kesulitan atau masalah di sekitarnya ia akan berperan serta secara aktif  menyelesaikan masalah. Sikap ini terbina oleh kegiatan yang telah dilaksanakan selama pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat. Pada akhirnya siswa akan menggemari untuk ikut serta berkiprah dalam Iingkungannya.
Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat dan merupakan wahana untuk melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Di samping itu metode diskusi, bermain peran, bekerja kelompok memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkoordinasi dan berkolaborasi antarsesama teman, di samping dapat menyampaikan ide-ide serta toleran untuk mendengarkan pendapat orang lain, perlu dihayati oleh setiap siswa. Model Sains Teknologi Masyarakat ini dapat diterapkan pada berbagai macam disiplin ilmu, namun perlu memilih tema yang tepat yang diambil dari silabus mata pelajaran. Perlu diketahui bahwa tidak semua kajian dapat sesuai apabila menggunakan model ini, sehingga model ini hanya merupakan alternatif dan berbagai model yang ada.
Hasil pembelajaran menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat menunjukkan bahwa apabila kelas dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni kelompok siswa berprestasi tinggi, sedang dan berprestasi rendah, ternyata bahwa kelompok siswa berprestasi rendah pada umumnya mengalami kenaikan atau peningkatan prestasi yang paling tinggi. Artinya, model ini dapat mengangkat kelompok siswa yang berprestasi rendah lebih baik, karena model ini lebih visual atau nyata dan terkait dengan konteks masyarakat, sehingga bagi siswa yang berprestasi rendah lebih menarik dan lebih mudäh dicerna dibanding dengan konsep-konsep yang abstrak.
Pada kelompok siswa yang berprestasi sedang, umunya terdapat kenaikan atau peningkatan prestasi yang cukup signifikan meskipun tidak setinggi kelompok yang berprestasi rendah. Adapun bagi kelompok siswa yang berprestasi tinggi, meskipun model Sains Teknologi Masyarakat cukup menyenangkan, kadang-kadang dirasakan bahwa model ini terlalu lamban, karena mereka mampu mencerna hal-hal yang abstrak tanpa kesulitan. Namun, demikian keseluruhan siswa menunjukkan adanya peningkatan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungannya, peningkatan kreativitas dan lain-lain yang merupakan aspek-aspek di luar kognitif. Efek-efek diluar kognitif kadang-kadang disebut dengan efek iringan dan pembelajaran kognitif.
Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang menggunakan model pembelajaran lain, ternyata bahwa kelompok yang menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat memiliki kreativitas yang lebih tinggi, kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan lebih besar, lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari untuk kebutuhan masyarakat, dan memiliki kecenderungan untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan menyelesaikan masaiah di lingkungannya. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat hal-hal di luar segi kognitif memang harus dilatihkan oleh guru.
Penilaian terhadap proses pembelajaran yang menggunakan model STM dapat dilakukan dengan menggunakan lima domain, yaitu:
1.      Konsep, yang meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.
2.      Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep atau penyelidikan.
3.      Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam kehidupan.
4.      Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan tes untuk mevalidasi penjelasan secara personal.
5.      Sikap, mengembangkan perasaan positif dalam sains, belajar sains, guru sains dan karir sains.
Problematika Model Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pembelajaran
Kekhawatiran terhadap konten dapat terjadi karena persentasi waktu yang rendah bagi peran guru dalam transfer pengetahuan kepada anak. Guru lebih banyak berperan dalam mengarahkan pengetahuan anak pada upaya penemuan masalah dan konseptualisasi berdasarkan disiplin ilmu. Penanaman konsep lebih banyak dilakukan pada momen-momen tertentu secara tepat, sehingga memiliki tingkat retensi yang lebih lama.
Bagi sekolah dengan populasi siswa yang tinggi dalam kelas, dapat menjadi masalah tersendiri bagi guru. Jika kelompok yang dibentuk dalam kelas banyak, guru akan kewalahan dalam  pendampingan kelompok dan pembimbingan kajian masalah. Sedangkan ketika kelompok dikurangi (populasi dalam kelompok tinggi) konsekuensinya dapat terjadi peran yang tidak efektif bagi anak. Sehingga penggunaan model STM, harus dirancang untuk melibatkan pihak lain dalam proses pembelajaran.
Empat hambatan pembelajaran dengan model STM, yaitu waktu, biaya, kompetensi guru, dan komunikasi dengan stakeholder (orang tua, masyarakat, dan birokrat). Waktu merupakan faktor penting untuk menentukan materi-materi apa yang akan diajarkan pada siswa. Pelaksanaan seluruh fase pembelajaran pada konten tertentu, kadang-kadang membutuhkan waktu yang panjang sehingga memerlukan analisa yang baik untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk implementasinya. Biaya merupakan faktor yang penting dalam implementasi STM. Biaya dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan model STM dari mulai identifikasi masalah, sampai pelaksanaan gelar kasus (show case). Kompetensi guru sangat penting dalam pembelajaran STM, terutama dalam penguasaan materi inti, problem solving dan hubungan interpersonal. Umumnya guru belum memiliki pengetahuan yang baik tentang model STM sehingga penerapan pendekatan ini masih sangat jarang ditemukan. Kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga terkait diperlukan pada saat siswa merencanakan untuk mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau kawasan yang menjadi tanggung jawab lembaga tertentu.
Pembelajaran menggunakan model Sains Teknologi Masyarakat apabila dirancang dengan baik, memakan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan model-model lain. Bagi guru tidak mudah untuk mencari isu atau masalah pada tahap pendahuluan yang terkait dengan topik yang dibahas atau dikaji, karena hal ini memerlukan adanya wawasan luas dan guru dan melatih tanggap terhadap masalah lingkungan.
Guru perlu menguasai materi yang terkait dengan konsep dan proses sains yang dikaji selama pembelajaran. Penyusunan perangkat penilaian memerlukan usaha untuk mempelajari secara khusus, misalnya untuk menilai kreativitas seseorang.
Beberapa Faktor Pendukung
Model Sains Teknologi Masyarakat yang lengkap yang dilakukan oleh seorang guru cukup dilakukan satu kali saja dalam satu semester. Apabila dalam satu semester seorang guru melakukan satu kali pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat maka siswa telah mengalami pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat sejumlah mata pelajaran yang ada di sekolah.




Previous
Next Post »