Pembelajaran





   Metode Metode Pembelajaran
Metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.


1.      Metode Proyek
Metode proyek adalah cara penyajian yang bertitik tolak dari suatu masalah kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan hingga pemecahanya secara keseluruhan dan bermakna.
a.       Kelebihannya
-          Dapat membina siswa dengan kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu,
-          Dapat memperluas pikiran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupan,
-          Sangat sesuai dengan prinsip-prinsip dedikasi modern.
b.      Kekurangannya
-          Kurikulum belum menunjang pelaksanaannya,
-          Sulit untuk melakukan pemilihan topik yang tepat dan vasilitas serta sumber pengetahuan,
-          Bahan pengajaran menjadi luas sehingga dapat menghamburkan pokok unit yang dibahas.


2.      Metode Eksperimen
Metode Experimen adalah metode yang cara menyajikan pelajarannya diloakukan dengan percobaan dengan mengalami dan membuktikannya sendiri.
a.       Kelebihannya
-          Membuat siswa lebih percaya atas kebenaan berdasarkan percobaannya,
-          Membina siswa untuk membuat terobosan barudengan penemuannya,
-          Hasil penemuan yang beharga dapat bermanfaat untuk umat manusia.
b.      Kekurangannya
-          Metode ini lebih sesuai dengan bidang sains dan teknologi namun tidak menuntut kemungkinan pada bidang lainnya,
-          Diperlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh,
-          Metode ini menuntut ketelitian, ketepatan dan kesabaran.






3.      Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah metode dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
a.       Kelebihannya
-          Merancang kreativitas anak didik dalam bentuk penyampaian ide, prakarsa, dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah,
-          Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain,
-          Memperluas wawasan anak didik,
-          Membina anak didik untuk terbiasa dengan musyawarah untuk mufakat dalam pemecahan suatu masalah.
b.      Kekurangannya
-          Pembicara kadang menyimpang, sehingga memngulur waktu yang panjang,
-          Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar,
-          Peserta mendapat informasi yang terbatas,
-          Cenderung proses diskusi dikuasai oleh orang yang terbiasa atau ingin menonjolkan diri.


4.      Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah cara penyajian dengan meragakan pada anak didik
a.       Kelebihannya
-          Membuat pelajaran lebih kongkrit dan jelas sehingga menghindari verbalisme (spemahaman secara kata-kata atau kalimat),
-          Anak didik lebih mudah memahami apa yang terjadi,
-          Siswa dirancang utnuk mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan.
b.      Kekurangannya
-          Memerlukan keterampilan guru secara khusus agar pelaksanaan lebih efektif,
-          Fasilitas dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik,
-          Memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.


Menurut Winston,1992 (Winston,1992) Ada beberapa metode pembelajaran antara lain:
  1. Pembelajaran dengan menganalisa perbedaan (learning by analyzing differences). Metode pembelajaran ini menggunakan heuristik-heuristik induksi seperti require-link dan drop-link untuk mempelajari deskripsi klas dari contoh-contoh positif dan negative. Perbedaan-perbedaan dianalisa berdasarkan urutan-urutan penampilan.

  2. Pembelajaran dengan menjelaskan pengalaman (learning by explaining experience). Metode ini belajar dari pengalaman yang didapat dari latihan-latihan kerja (working exercises).

  3. Pembelajaran dengan mengoreksi kesalahan. Metode ini menggunakan suatu prosedur perbaikan untuk menunjukkan kesalahan dan mengoreksi kesalahan yang terdapat dalam suatu model.

  4. Pembelajaran dengan merekam kasus-kasus (learning by recording cases). Metode ini merekam kasus-kasus untuk penggunaan kemudian.

  5. Pembelajaran dengan membangun pohon-pohon identifikasi (learning by building identification trees). Metode ini mempelajari deskripsi dari suatu konsep dengan membangun pohon keputusan. Pembelajaran konsep dengan membangun pohon-pohon identifikasi (learning by building identification trees) adalah dengan menggunakan Iteraitive Dichotomizer Three (ID3). ID3 diperkenalkan pertama kali oleh Quinlan (1979). Kemampuan metode ini untuk menghasilkan aturan-aturan pengklasifikasi konsep secara otomatis menarik perhatian beberapa peneliti untuk melakukan penelitian mengenai potensi aplikasi metode ini.   Namun sejauh ini aplikasi ID3 secara luas masih belum banyak dikenal baik dikalangan peneliti di luar negeri maupun di Indonesia. Hal ini disebabkan karena acuan-acuan mengenai ID3 sangat sulit ditemukan dan hanya terbatas pada jurnal-jurnal ilmiah tertentu. Tambahan lagi keterbatasan-keterbatasan metode ID3 yang asli yang dipekernalkan oleh Quinlan (1979), seperti keterbatasan dalam representasi ordered outcome, cukup menciutkan banyak peneliti untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut dari metode ini pada bidang-bidang lain.

  6. Pembelajaran dengan melatih jaringan saraf tiruan. Metode ini mempelajari deskripsi suatu konsep dengan menghitung bobot dari suatu jaringan saraf tiruan.

  7. Pembelajaran dengan evolusi simulasi. Metode ini mempelajari deskripsi suatu konsep dengan menggunakan simulasi evolusi genetika.



B.     Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).


1.      Pendekatan pembelajaran proses yaitu proses pembelajaran yang dimulai dari obyek nyata atau obyek yang sebenarnya dengan menggunakan pengalaman langsung, sehingga siswa diharapkan terjun dalam kegiatan belajar mengajar yang lebih realistis, dan anak juga diajak ,dilatih, dan dibiasakan melakukan observasi langsung dan membuat kesimpulan sendiri.
Pendekatan pembelajaran proses diperlukan karena dengan pendekatan pembelajaran proses diharapkan siswa dapat mengalami sendiri tentang materi yang disampaikan dengan berinteraksi langsung dengan obyek nyata atau sebenarnya sehingga siswa dapat membuat kesimpulan sendiri.
      Keterampilan – keterampilan pendukung untuk dapat melaksanakan pendekatan pembelajaran tersebut adalah:
ü  Keterampilan kognitif
ü  Keterampilan afaktif
ü  Keterampilan psikomotorik


2.      Pendekatan ITM yaitu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dengan menekankan pada aktivitas peserta didik melalui penggunaan ketrampilan proses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dlm kehidupan sehari-hari.
      Pendekatan ITM diperlukan karena mampu menciptakan situasi interaktif yang mendorong siswa ke arah berfikir kritis dan logis sehingga terbiasa melihat persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar dan mampu memecahkannya serta memberikan kemudahan pada peserta didik untuk membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan dan lingkungan sekitarnya.
      Keterampilan – keterampilan pendukung untuk dapat melaksanakan pendekatan pembelajaran tersebut adalah:
ü  Keterampilan pengetahuan / kognitif
ü  Keterampilan memecahkan masalah
ü  Keterampilan proses
ü  Keterampilan observasi objek
ü  Keterampilan pemilihan tema / pengorganisasian tema


3.      Pendekatan terpadu yaitu bentuk pembelajaran dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu dengan menghubungkan atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak berdiri sendiri atau terpisah, dan siswa dibuat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan membuat keputusan.
      Pendekatan terpadu diperlukan Karena pendekatan pembelajaran terpadu berpusat pada anak dan memberikan pengalaman langsung pada anak, pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam proses pembelajaran bersifat luwes dan hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat serta kebutuhan anak.
      Keterampilan – keterampilan pendukung untuk dapat melaksanakan pendekatan pembelajaran tersebut adalah:
ü  Keterampilan mengidentifikasi
ü  Keterampilan menyusun hipotesis
ü  Keterampilan mengklarifikasi
ü  Keterampilan mengeksplorasi
ü  keterampilan mengumpulkan fakta dan bukti


4.      Pendekatan permainan Edukatif yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan permainan sebagai wahana pembelajaran untuk menyampaikan pelajaran atau materi kepada peserta didik, dan permainan yang bermakna yang menggambarkan pesan, suasana, pengetahuan dan ketrampilan yang bernilai bagi anak dalam membuahkan pengalaman belajar.
      Pendekatan permainan Edukatif diperlukan Karena dengan bermain siswa tidak akan merasa bosan, pembelajaran tidak monoton pada guru yang aktif, tapi siswa yang lebih aktif. sehingga pembelajaran lebih bermakna dan membuahkan pengalaman belajar bagi siswa supaya kreatif dan berimajinasi.
      Keterampilan – keterampilan pendukung untuk dapat melaksanakan pendekatan pembelajaran tersebut adalah:
ü  Keterampilan kognitif
ü  Keterampilan social
ü  Keterampilan emosional
ü  Keterampilan fisik
ü  Keterampilan bahasa


5.      Pendekatan pembelajaran humanistik yaitu pendekatan yang memandang manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain.
      Keterampilan – keterampilan pendukung untuk dapat melaksanakan pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang humanistik adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog; pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri; sedangkan pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktulisasi diri). Dengan demikian pendidik tidak mengambil alih tangungjawab, melainkan sekedar membantu dan mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan pemilahan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya.
                     
C.    Model Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi.


1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.


2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).


3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).


4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).


5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri


6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.


7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.


8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.


Previous
Next Post »