Jenis Data Dalam Penelitian

                                                                                                               
                                                                                                         Jenis Data Dalam Penelitian
Data merupakan sesuatu yang diketahui atau sesuatu yang diasumsikan (anggapan).Secara umum klaksifikasidata berdasarkan jenis datanya dalam suatu penelitian di bagi dua macam yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar serta tidak dapat diukur dengan skala numerik. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang dapat diukur dalam suatu skala numerik(angka).
Data kualitaif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses lebih lanjut, yang terdiri dari dua golongan yaitu :
a.       Data nominal/diskrit  ialah data yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah dalam bentuk kategori atau diskrit, dimana posisi data masing-masing kategori mempunyai derajat yang sama.
b.      Data ordinal ialah data yang dinyatakan dalam bentuk kategori namun  posisi data tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat (ranking).
Data kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua golongan pula yaitu :
a.       Data interval yaitu data yang diukur denga jarak diantara dua titik pada skala yang sudah diketahui.
Contoh : 1) suhu udara dalam ceclcius berkisar antara 0 derajat sampai 100 derajat, 2) jumlah bulan dalam satu tahun.
b.      Data rasio yaitu data yang dapat diukur denga suatu proporsi dan mempunyai jarak yang sama.
Contoh  : data tentang panjang, berat dan volume










Adapun jenis data menurut cara memperolehnya adalah serbagaiberikut :
a.       Data primer yaitu data yang secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Contoh mewawancarai langsung penonton bioskop 21 untuk meneliti preferensi konsumen bioskop.
b.      Data sekunder yaitu  data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersia. Contoh yaitu pada peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset darissurat kabar atau majalah.
Pembagian  data berdasarkan sumber data yaitu terbagi atas :
a.       Data internal yaitu data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu organisasi secara internal. Contoh : data keungan, data pegawai , data produksi.
b.      Data eksternal  yaitu data yang menggambarkan situasi atau kondisi yang ada diluar orgasnisasi. Contohnya : data jmulha penggunaan produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk.
Adapun pembagian jenis data berdasarkan sifat data yaitu terbagi dua
a.       Data diskrit yaitu data yang nilainya adalah bilangan asli. Contohnya adalah nilai rupiah dari waktu ke waktu,
b.      Data kontinyu yaitu data yang nilainya ada pada suatu interval tertentu atau berada pada suatu nilai yang satu ke nilai yang lainnya. Contohnya penggunaan kata sekitar, kurang lebih , kira-kira,


Sedangkan pembagian jenis data berdasarkan waktu pengumpulannya adalah sebagai berikut :
a.       Data cross section adalah data yang menunjukan titik waktu tertentu. Misalnya laporan keungan per 31 Desember 2006.
b.      Data time series/berkala adalah data yang datanya menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu atau periode  secara historis.
Misalnya data time series adalah data perkembangan nilai tukar dollar Amerika terhadap euro eropa dari tahun 2004 sampai 2006.


B.       Tipe-Tipe Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Pada dasarnya skala pengukuran dibedakan menjadi empat jenis yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio.
a.         Skala nominal
                 Skala nominal merupakan skala pengukuran yang tingkatannya paling rendah.Skala ini hanya mengelompokkan suatu fenomena kedalam dua atau lebih kategori. Kategori tersebut tidak menunjukkan tingkatan dan biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau  abjad. Sebagai contoh : laki-laki diberi skor 1 dan perempuan diberi skor 2. Skor 2 disini tidak menunjukan lebih besar dari skor 1.Karena sifatnya tersebut maka skala ini bentuk operasinya dibatasi equvalensi.Pada skala nominal tidak dapat dilakukan operasi perkalian atau pembagian.
b.         Skala ordinal
Pada skala ordinal pengelompokkan kategori disusun berdasarkan tingkatan (ranking).Tingkatan ini dapat disusun dari tertinggi hingga terendah atau sebaliknya.Semua fenomena yang bertingkat atau setidak-tidaknya menunjukan suatu kecenderungan tingkatan dapat menggunakan skala ini.Pada skala ordinal perbedaan antar ranking yang satu dengan yang lainnya tidak diketahui. Sebagai contoh :
Tabel1 . Hasil pengukuran tinggi badan mahasiswa






Ranking
Tinggi badan (cm)
Beda (cm)
1
175


2
170
5
3
168
2
4
150
18
Pada tabel diatas terlihat bahwa perbedaan tinggi badan antara urutan 1 dan 2 (sebesar 5 cm) dengan urutan 2 dan 3 (sebesar 2 cm) tidak sama tapi dapat diketahui. Dengan karakteristik ini maka hubungan yang membatasi skala ordinal adalah ekuivalensi yaitu lebih besar dari atau lebih kecil dari.






c.         Skala interval
Skala interval memiliki karakteristik yang sama dengan nominal dan ordinal. Selain itu pada skala ini dicirikan pula oleh jarak antar interval bernilai sama tetapi tidak memilki nilai nol yang sesungguhnya. Nilai nol yang terdapat pada skala ini hanya menunjukan kemungkinan yang dapat dicapai (sebagai contoh interval pendapatn karyawan antara 0- 50.000 rupiah, pada kenyataannya pendapatan 0 pada responden yang bekerja sulit dijumpai). Contoh skala ordinal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Tingkat Penghasilan (dalah rupiah)





Ranking
Interval
Beda
1
200.000 – 249.000


2
150.000 – 199.000
49.000
3
100.000 – 149.000
49.000


IQ responden A tercatat 110 dan B tercatat 220.
Pada contoh pertama terlihat bahwa perbedaan antara interval satu dan interval lainnya bernilai sama  dalam hal ini 49.000 rupiah. Sedangkan pada contoh kedua dapat dikatakan bahwa IQ B  110 lebih tinggi dari A (IQ B  dua kali IQ A), tetapi tidak dapat dikatakan bahwa B dua kali lebih pandai dari A.Dengan karakteristik ini,maka hubungan yang membatasi skala interval  antara lain : ekuivalensi, lebih besar dari, lebih kecil dari dan rasio antar interval.


d.        Skala rasio
Skala rasio merupakan skala pengukuran  yang paling tinggi denga karakteristik yang mencakup ketiga  skala pengkuran sebelumnya (nominal, ordinal dan interval). Skala ini memiliki nilai nol yang sesungguhnya, tinggi, berat, waktu merupakan contoh-contoh skala rasio. Dengan karakteristik ini maka hubungan yang membatasi skala ini antara lain yaitu ekuivalensi, lebih dari atau kurang dari, rasio antar interval atau rasio antar nilai.
Kekuatan skala pengukuran ini mempengaruhi pada operasi hitungan yang diperbolehkan.Sebagai contoh pada skala nominal tidak dapat dilakukan opearsi perkalian ataupun pembagian. Tetapi pada dasarnya semakin tinggi skala pengukuran makak semakin banyak operasi hitungan yang diperkenankan  (Kusmayadi, 2000 : 165-169).




Tipe Skala Pengukuran
Untuk memperoleh data dari responden, maka diperlukan skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap yang menjadi dasar kepribadian suatu populasi. Para ahli sosiologi membedakan dua tipe skala menurut fenomena soasial  yang diukur, yaitu :
1. Skala pengukuran untuk mengukur perilaku susila dan         kepribadian.
2. Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya lain dan lingkungan sosial.
Berbagai skala yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi antara lain:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP).
Untuk penilaian ekspektasi pelanggan, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
a. Sangat Penting (SP) : 5
b. Penting (P) : 4
c. Ragu-ragu (R) : 3
d. Tidak Penting (TP) : 2
e. Sangat Tidak Penting (STP) : 1
Untuk penilaian persepsi pelanggan, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
a. Sangat Baik (SB) : 5
b. Baik (B) : 4
c. Ragu-ragu (R) : 3
d. Tidak Baik (TB) : 2
e. Sangat Tidak Baik (STB) : 1


Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Keuntungan skala Likert adalah :
·Mudah dibuat dan diterapkan
·Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan- pertanyaan, asalkan mesih sesuai dengan konteks permasalahan
·Jawaban suatu item dapat berupa alternative, sehingga informasi mengenai item tersebut diperjelas.
·Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas.
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapatkan jawaban yang tegas. diantaranya : ‘ya’ dan ‘tidak’; ‘benar-salah’, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi, kalau pada Skala Likert terdapat 1,2,3,4,5 interval, dari kata ‘sangat setuju’ sampai ‘sangat tidak setuju’, maka pada Skala Guttman hanya ada dua interval yaitu ‘setuju’ atau ‘tidak setuju’. Penelitian menggunakan Skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
3. Semantic Differential
         Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Differensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinu yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
4. Rating Scale                           
Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Rating Scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model Rating Scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu Rating Scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.
Yang penting dalam Rating Scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.
Previous
Next Post »