Hay adalah hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan di lapangan atau di tempat tertutup, dengan panas matahari atau buatan, mempunyai kandungan kering (BK) 80-85%, warna tetap hijau dan berbau enak.
Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air hijauan secara bertahap tetapi berlangsung secara cepat. Tujuan menurunkan kadar air adalah agar sel-sel hijauan tersebut cepat mati dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Dengan demikian tidak terjadi proses kimia baik berupa respirasi maupun fermentasi yang dapat menghasilkan panas. Pada hijauan, keadaan ini akan dicapai pada bahan kering 80-85%. Panas yang dipakai dapat berasal dari sinar matahari atau buatan, dengan demikian proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca.
Keuntungan Hay
- Menghemat biaya peralatan
- Lebih cepat prosesnya
- Dapat dikontrol kerusakan fisiknya, karena mudah terlihat
- Ternak tidak perlu penyesuaian cara makannya, seperti pada silase
Kerugian
- Sangat tergantung cuaca
- Kerusakan gizinya lebih tinggi (caroten), terutama bila cuaca jelek.
Proses yang terjadi pada saat pengeringan
Pada proses penumpukan hijauan akan terjadi proses-proses sebagai berikut :
a. Proses respirasi
a. Proses respirasi
Hijauan yang segar masih mampu mengadakan respirasi. Respirasi ini akan mengambil oksigen dari luar dan akan menghasilkan air serta panas. Kerusakan gizi pada tahap ini bisa mencapai 10%
b. Proses fermentasi
Bakteri yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah dari jenis bakteri thermofilik, yang akan menghasilkan panas. Apabila tumpukan hijauan tidak sempurna, kerusakan yang disebabkan oleh bakteri dan enzim tersebut bisa mencapai 5-10%.
Bakteri yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah dari jenis bakteri thermofilik, yang akan menghasilkan panas. Apabila tumpukan hijauan tidak sempurna, kerusakan yang disebabkan oleh bakteri dan enzim tersebut bisa mencapai 5-10%.
c. Reaksi kimiawi
Dalam proses pembuatan hay mungkin akan terjadi suatu reaksi kimiawi, akibat dari reaksi ini akan timbul panas yang tinggi, sehingga hasil dari hay akan berwarna coklat kehitaman.
Cara pembuatan HayDalam proses pembuatan hay mungkin akan terjadi suatu reaksi kimiawi, akibat dari reaksi ini akan timbul panas yang tinggi, sehingga hasil dari hay akan berwarna coklat kehitaman.
a. Pengeringan di lapangan
Rumput yang dipotong rata-rata berkadar air 80%, harus dikeringkan sampai kadar air antara 16-24%. Pengeringan ini sangat tergantung pada sinar matahari, angin, hujan, temperatur, dan kelembaban udara. Prinsip pengeringan di lapangan adalah hijauan yang baru dipotong, segera ditebarkan di atas tanah yang datar, setipis mungkin. Setiap 1-2 jam dibolak-balik dan diaduk. Apabila cuacanya buruk/hujan, sebaiknya hay dikumpulkan jadi satu, ditumpuk dan ditutup dengan plastik bila perlu, baru setelah cuacanya baik, hay ditebarkan kembali. Pengeringan dihentikan bila BK hay sudah mencapai 80-85%. Menurut hasil penelitian Ristianto, pengeringan dapat dpercepat apabila pada waktu siang hari ditebarkan, sedangkan pada malam harinya digulung, untuk menghindari penyerapan air pada waktu malam hari.
Di daerah panas, daun bisa hancur dalam waktu 2-3 hari, terutama untuk golongan legume. Di samping warna yang berubah, protein, vitamin A dan E juga mengalami penurunan, dengan demikian kualitas hay yang dihasilkan menjadi rendah. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, telah dibuat beberapa model alat pengeringan yang sederhana, mengingat bahwa pengeringan di lapangan/di atas tanah terbukti sulit untuk mempertahankan kualitas.
b. Pengeringan dengan menggunakan para-para
Bila cuaca buruk, pengeringan dengan menggunakan para-para dapat menbantu mempertahankan kualitas hay. Hijauan dibiarkan terurai di lapangan selama 1-2 hari (tergantung cuaca) dengan tujuan mengurangi kandungan airnya/melayukan. Pengeringan selanjutnya dilakukan dengan meletakkannya di atas para-para sampai BK-nya mencapai 80-85%. Pengeringan ini biasanya berlangsung 3 sampai 6 minggu tergantung cuacanya., walaupun demikian nilai gizinya lebih tinggi dibandingkan dengan bila dikeringkan dengan cara ditebar di lapangan.
Hasil penelitian di UGM Yogyakarta menunjukan bahwa hay yang dibuat, baik dengan menggunakan para-para yang diberi atap maupun tanpa atap, untuk mencapai kadar air <24% dicapai pada hari ke-13. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh FAO di daerah tropis menunjukkan bahwa pengeringan dengan para-para lebih baik jika dibandingkan dengan di lapangan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. Macam-macam jenis pengeringan dan pengaruhnya terhadap kadar air
Tempat Pengeringan | Lama | Kehilangan PK | Daya Cerna | |
(hari) | (%) | BD | PK | |
Di atas tanah | 6 | 13 | 66 | 66 |
Para-para | 24 | 8 | 71 | 68 |
Pagar | 14 | 11 | 73 | 68 |
c. Pengeringan dengan panas buatan
Pengeringan dengan panas buatan dimaksudkan agar proses pengeringan lebih cepat dan kemunduran gizi yang disebabkan oleh cuaca bisa dihindari, di samping itu juga dapat dipakai di segala waktu/musim, tetapi memerlukan biaya yang sangat mahal.
Prinsip pengeringan dengan panas buatan adalah hijauan segar dikeringkan pada tempat khusus dengan temperatur 100°C-250°C. Pengeringan dihentikan apabila kadar BK sudah mencapai 80-85%.
d. Pengeringan dengan membiarkan hijauan menua/standing hay
Untuk mengatasi kekurangan hijaun makanan ternak dapat juga dibuat standing hay, yaitu mengusahakan sebagian lahan atau kebun rumput dan membiarkan rumput tersebut berbunga, menua, dan akhirnya menjadi kering dengan sendirinya. Kualitas hay yang dihasilkan jelas jauh lebih rendah dibandingkan dengan cara pengeringan yang lain.