Bagi rekan-rekan yang ingin mencari media pembelajaran bahasa indonesia dalam bentuk powerpoint, berikut saya share media pembelajaran tersebut..
banyak sekali media yang dibuat, namun karena keterbatasan waktu, saya share media pembelajaran bahasa indonesia yang ini dulu ya... berikut dengan perangkat perangkatnya
Siapa yang tidak mau menjadi guru yang disukai siswa. Semua guru sepertinya mengharapkan ini. Tapi tahukah anda bahwa semakin minta disukai siswa semakin jauh kita dari kriteria guru yang layak disukai siswa? jika disukai siswa menjadi tujuan kita sebagai guru tidak ada yang namanya profesionalisme lagi, yang ada hanyalah menuruti apa yang siswa mau dan inginkan, bahkan bila yang diinginkan sudah keluar jalur kegiatan belajar dan mengajar.
Menjadi guru yang disukai bukan perkara mudah tapi juga tidak sulit, saya pribadi pun masih dalam upaya untuk bisa disukai siswa. Namun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, dimana ada kemauan disitu ada jalan. Berikut ini adalah caranya.
Tidak terlalu banyak melaksanakan metode ceramah
Memberikan contoh kepada siswa apa yang ia ingin siswa lakukan. Jika anda sebagai guru berharap siswa anda hormat pada anda, silahkan terlebih dahulu menjaga harga diri siswa anda di kelas.
Jika marah atau kecewa pada siswa, berbicara lah pada mereka dan bukan berteriak.
berbagi senyum tulus pada semua siswa. Siswa yang dicap sebagai anak yang ‘bermasalah’ akan luntur dan akan menyukai anda jika anda berikan senyum pada mereka.
Memotivasi siswa dengan cara memotivasi dan bukan menyindir.
Menggunakan humor pada tempat dan saat yang tepat.
Mudah diajak berteman oleh siswa dan bukan menjadi teman siswa. Mudah diajak berteman artinya anda pihak yang pasif dalam berkomunikasi namun tetap dengan cara yang profesional. Berusaha menjadi teman siswa hanya akan menyulitkan situasi anda dikemudian hari.
Penyabar dan menganggap semua siswa sedang berproses. Hindari meneruskan warisan guru lain dengan melanjutkan cap yang sudah diterima oleh siswa tertentu.
Dalam model pembelajaran kooperatif sangat penting untuk memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan bekerjasama dalam kelompok. Ada beberapa strategi bagaimana membuat dan menjalankan skenario pembelajaran secara kelompok. Berikut ini beberapa di antaranya.
Think-share-pair
Strategi ini berguna untuk mendengarkan satu sama lain serta memiliki kesempatan waktu yang lebih banyak. Setelah berdiskusi secara berpasangan, siswa diharapkan akan dapat belajar berbicara dan mendengarkan orang lain.
Urutan strategi pembelajaran kelompok think-share-pair ini adalah sbb:
Siswa mendengarkan sementara guru memberikan pertanyaan atau tugas.
Siswa diberi waktu untuk memikirkan jawaban/respon secara individu.
Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dan membicarakan tanggapan mereka.
Siswa kemudian diundang untuk berbagi tanggapan dengan seluruh kelompok/pasangan lain.
Kelemahan cara ini adalah dengan kelompok yang hanya terdiri dari dua orang, siswa kurang mendapat sudut pandang pendapat yang beragam.
Numbered Heads Together (NHT)
Strategi ini berguna untuk memeriksa pemahaman, untuk meninjau, sebagai obat penawar untuk seluruh kelas menjawab pertanyaan-format
Langkah:
Siswa membentuk sebuah tim dari 3-5 siswa dan diberi nomor untuk tiap siswa. Kelompok merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar
Guru mengajukan pertanyaan langsung atau melalui LKS.
Siswa mendiskusikan jawaban bersama-sama dan memastikan semua anggota tahu jawabannya. Jika perlu, ada anggota yang berfungsi mengecek jawaban dari masing-masing anggota.
Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor secara acak dan siswa dengan nomor tersebut mengangkat tangan dan memberikan jawaban untuk disampaikan ke seluruh siswa di kelas.
Pada akhir sesi, guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
Memperbaiki kehadiran
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
Konflik antara pribadi berkurang
Pemahaman yang lebih mendalam
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Hasil belajar lebih tinggi
STAD (Student Teams Achievement Divisors)
Secara umum, STAD dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, atau suku),
Guru menyajikan pelajaran,
Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang sudah memahami materi, diharapkan menjelaskan apa yang sudah dimengertinya kepada anggota kelompok yang lain sampai setiap anggota kelompok tersebut memahami materi yang dimaksud,
Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat mengerjakan kuis/pertanyaan, siswa harus bekerja sendiri,
Memberi evaluasi,
Kesimpulan.
JIGSAW
Jigsaw dapat digunakan untuk mengembangkan konsep, menguasai materi, serta untuk diskusi dan tugas kelompok.
Langkah-langkahnya adalah sbb:
Siswa dikelompokkan ke tim.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
Dilakukan tes untuk mengetahui apakah siswa telah memahami materi yang didiskusikan.
Guru memberi evaluasi dan kesimpulan
Strategi yang disampaikan ini masih sangat umum dan dapat dimodifikasi serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas.
Muhibin Syah (2000:101) menyebutkan bahwa, belajar adalah kegiatan dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarga sendiri. Sejalan dengan itu, Komalasari (2010:2) menyatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan syarat perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan atau perubahan sementara karena suatu hal. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh pebelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran.
Sardiman (2005:26) mengemukakan tujuan belajar ada tiga yaitu:
1)untuk mendapatkan pengetahuan
2)penanaman konsep dan keterampilan
3)pembentukan sikap.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat di maknai bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama
Konsep Pembelajaran
Menurut Sriyono (1992:75), aktifitas pembelajaran adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar siswa-siswanya aktif jasmani maupun rohani. Keaktivan jasmani atau rohani itu meliputi, antara lain:
a. Keaktifan indera, pendengaran, penglihatan, peraba, dan lain- lain. Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
b. Keaktifan akal, akal-akal anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan: pada menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam kotak, kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaknya senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.
Menurut Komalasari (2010:3), pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, yang pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu system, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut kelas. Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.
Konsep Hasil Belajar
Oemar Hamalik (1994:32) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu kegiatan yang setelah dikerjakan, diciptakan secara individu maupun kelompok. Pada bagian ini dikemukakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah suatu perubahan dalam individu. Sejalan dengan itu, Sanjaya (2006:28) mengatakan bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru harus dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa dengan: a) memperjelas tujuan yang ingin dicapai; b) membangkitkan minat siswa; c) ciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran; d) berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa; e) berilah penilaian; f) berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa; dan g) ciptakan persaingan dan kerjasama.
Hamilton, (2000:1), menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan belajar yang ditunjukan dalam penampilan yang tetap sebagai akibat dari proses belajar yang terjadi melalui program yang menyediakan fakta-fakta, bukti-bukti, keterangan dan sebagainya. Ukuran keberhasilan itu dapat diketahui dari evaluasi yang berbentuk skor untuk kerja seseorang dalam memahami konsep dan bagaimana menggunakan konsep itu dalam bidang ilmu itu sendiri maupun terhadap ilmu lainnya.
Arikunto (2005:293) menyatakan dalam kegiatan belajar, guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan agar siswa dapat belajar tampa hambatan dan dapat menguasai apa yang diajarkan oleh guru sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan seseorang dalam memahami materi yang diberikan. Ukuran keberhasilan itu dapat diketahui dari evaluasi yang berbentuk skor unjuk kerja seseorang dalam memahami konsep dan bagaimana menggunakan konsep itu dalam bidang ilmu itu sendiri maupun tehadap bidang ilmu lainya (Paneo, 2004: 17).
Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat dimaknai bahwa hasil belajar adalah ukuran keberhasilan seseorang memahami bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap serta hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar.
Proses belajar mengajar dewasa ini sangat erat kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, hal ini karena proses pembelajaran akan semakin cepat mencapai tujuan dengan menerapkan berbagai media pembelajaran.
Pada kesempatan kali ini, saya akan menshare buku tentang media pembelajaran yang harus dipahami sebelum membuat suatu media pembelajaran, baik yang interaktif berbasis IT maupun media pembelajaran konvensional.
Monggo dibaca-baca dulu bukunya. kalo sudah dimengerti baru deh keluarin semua kemampuan anda untuk membuat media pembelajaran. buku ini juga sangat cocok untuk dijadikan referensi bagi rekan-rekan yang sedang membuat karya ilmiah dan skripsi di bidang media pembelajaran.
Berikut link downloadnya. cara download dengan mengklik tombol pada kolom Aksi. semoga bermanfaat..