Manusia dalam hidupnya pastilah ingin dihargai. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain, pastilah ada kalanya mengalami benturan-benturan, sehingga timbullah pertengkaran yang disebabkan adanya rasa marah dalam hati. Rasa marah pada diri seseorang pada dasarnya dapat ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan atau frustasi.
Marah dicirikan oleh reaksi kuat pada sistem saraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik, yang secara implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatik atau jasmani maupun yang verbal atau lisan.
Dalam psikologi, marah berarti perubahan internal atau emosional yang dapat menimbulkan perilaku agresif sebagai pelampiasan guna mengobati apa yang ada di dalam hati. Marah berasal dari reaksi emosional akut.
Al Ghazali mengungkapkan bahwa kemarahan manusia itu banyak macamnya, ada yang cepat marah lalu cepat pula redanya, dan ada pula yang terlambat marah tapi cepat redanya. Rasa marah apabila tidak dikendalikan, akan berujung kepada kemudharatan, kehancuran, kehinaan, kesengsaraan dan penyesalan.
Mengingat betapa pentingnya pengendalian amarah agar tidak terjadi hal- hal yang negatif seperti tersebut di atas, maka perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan agar bisa mengantisipasinya. Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin memberikan kiat-kiat untuk mengendalikan rasa marah, yaitu :
Ingat Keutamaan Menahan dan Mengendalikan Marah
Ketika akan marah, cobalah untuk langsung pindah posisi. Ketika tersinggung, merasa tidak nyaman dan dongkol, sebaiknya kita segera bertafakur, serta ingat-ingat keutamaan menahan marah. Ketika orang bisa menyakiti, kita bisa memaafkan. Ketika orang hanya bisa menyinggung perasaan, kita bisa memaafkan. Oleh karena itu, ingatlah selalu keutamaan-keutamaan menahan marah. Yakinlah, bahwa orang yang tenang dan mampu menahan marah justru akan membuat pribadinya semakin mempesona.
Ingat Kemurkaan Allah
Ketika kita marah, mulailah berpikir, “kalau marah, berarti saya akan menzalimi orang lain, saya merasa berkuasa atas orang lain, padahal Allah lebih berkuasa atas diri saya. Sekarang, saya akan menyakiti hamba Allah, apakah saya siap menanggung kalau nanti dibalas oleh Allah SWT?”
Ingat Kemurkaan Orang yang Kita Marahi
Ketika akan memarahi seseorang, renungkanlah : bagaimana kalau dia nanti sakit hati. Kemarahan akan menyebabkan hatinya terluka. Bisa jadi, itu akan menimbulkan rasa dendam dan benci. Apalagi kalau dia merasa teraniaya karena kemarahan kita. Doa orang yang teraniaya akan dijabah oleh Allah SWT.
Oleh Karena itu, jangan menyakiti siapapun. Siapa tahu orang yang kita sakiti adalah orang yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Bisa jadi dia tidak membalas, tapi Allahlah yang akan mengingatkan kezaliman kita.
Ingat Kejelekan wajah, saat Kita Marah
Kata-kata orang yang sedang marah biasanya agak kurang menunjukkan status yang disandangnya. Dengan penggunaan kata-kata yang tidak baik pastinya akan berdampak pada kejelekan wajahnya.
Renungkan, Mengapa Kita Marah?
“Apa yang membuat saya jadi marah? Apakah saya harus merelakan diri saya diperbudak setan? Apakah marah ini menyelesaikan masalah? Atau malah menjerumuskannya?”
Kemudian renungkan, siapa yang menghendaki kita marah?Apakah memang karena masalah?Atau karena bisikan syetan yang terkutuk? Apa sih yang kita inginkan dari marah ini? Apakah kita ingin orang mengerti, atau kita hanya sekedar memuntahkan kekesalan? Dengan terus bertanya, InsyaAllah akan menghentikan kemarahan.
Dengan mengetahui upaya yang dapat dilakukan apabila rasa marah sedang berkecamuk di hati, maka semoga kita semua dapat terhindar dari semua hal negatif yang disebabkan oleh rasa marah. Dan semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersabar. Amin….InsyaAllah…